Sabtu, 23 Juli 2011

“BILA AKU JATUH CINTA”


Allahu Rabbi aku minta izin 
Bila suatu saat aku jatuh cinta 
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang 
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau


Allahu Rabbi aku punya pinta 
Bila suatu saat aku jatuh cinta 
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas 
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh



Allahu Rabbi 
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
 
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu



Allahu Rabbi 
Bila suatu saat aku jatuh hati
 
Pertemukanlah kami
 
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu



Allahu Rabbi 
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
 
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
 
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
 
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amiin.


“IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA”
Al-Hubb Fillah wa Lillah,
Abu Aufa




“IBU… CERITAKAN PADAKU TENTANG IKHWAN SEJATI”

Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: 
“Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati”...


Sang Ibu tersenyum dan menjawab... 
“Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....


Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati di dalam rumah...  

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...


Ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...
Setelah itu, ia kembali bertanya... " Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"
Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tentang dia"…  ia pun mengambil buku itu… "MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu.


By Indriati











"Bersediakah Ukhti, Menjadi Ustadzah Rumah Ini..??

Bila dua hati sudah terjalin.
Selamatlah pengantin kami do'akan.
Semoga Ridho Allah bersinar selalu.
Tanda bermula bahtera hidup.

Ikatan pernikahan telah menghalalkan apa yang haram, menjadikan apa yang sebelumnya dosa menjadi palaha, dan bahkan menggugurkan dosa dari sela jemari kita.

"Sesungguhnya seorang suami yang memandang isterinya dan isterinya pun memandangnya (dengan syahwat), maka Alloh akan memandang kedua insan itu dengan pandangan rahmat. Dan saat ia memegang telapak tangan isterinya, maka dosa-dosa kedua insan itu akan berjatuhan dari sela jemari-jemarinya."
(HR Maisarah bin Ali dan Imam Rafi'i dari Abu Sa'id Al Khudri).

SubhanAllah..!!
Saat yang membahagiakan, saat dua insan diikat dengan simpul yang kokoh, dibawah naungan Iman, ditempa kalimat Robbaniyah. Ketika dua hati telah menyatu, dua anak manusia telah ditemukan dalam semulia-mulia ikatan. Menggapai mahligai suci yang dilandasi oleh nilai-nilai keimanan.

Ya Robbi...
Akhirnya kutemukan jua..
Dia yang akan menjadi pelipur lara..
Dia yang akan menjadi pengobat duka..
Dia yang akan menjadi penentram jiwa..

Oh, Tuhanku..
Betapa hamba pernah zalim kepada-MU..
Betapa hamba ragu akan janji-MU..
Betapa hamba pernah kecewa pada keputusan-MU..

Namun kini hamba merasa..
Seakan syurga ada dipelupuk mata..
Ampuni segala dosa Ya Robb..
Maafkanlah segala khilaf

Dari Cinta Menuju Cinta
By Ana Khaira






Sebuah Penantian: "Kapan Engkau Datang ?"

(Renungan untuk Para Ikhwan)

Assalamu'alaikum Wr. Wb...
Apa kabar calon suamiku? Bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku berharap di manapun kau berada, kebahagiaan serta rahmatNya selalu menyertaimu.

Calon suamiku, .
Di mana Engkau sekarang? Aku selalu setia menantimu. Setiap usai shalat aku berharap pada Yang Kuasa untuk mengakhiri penantianku ini. Setiap malam, aku selalu menanti pagi, akankah engkau segera datang menjumpai. Mengajakku meniti jalan Illahi untuk mengayuh hidup menguatkan tekad untuk terus menjalankan titahNya juga Sunnah RasulNya.




Wahai calon suamiku, ...
Apa yang beratkan langkahmu untuk menjumpaiku? Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini? Mencari rupiah demi rupiah sebagai ongkos agar kita dapat mengayuh bahtera itu bersama? Berapa besar ongkos itu? Berapa jumlah rupiah yang akan engkau cari? Bahtera seperti apa yang ingin kau tumpangi? Ekonomi, standar, atau eksekutif?

Tak soal buatku, bahtera apa yang akan kita kayuh, toh yang penting untukku kita akan menjalani semua itu dengan keikhlasan yang amat sangat. Tak perlu risaukan berapa rupiah yang kau miliki saat ini. Berapapun jumlahnya, aku selalu akan menerimamu. Asal rupiah yang kau dapatkan bukan dari jalan tak kau ketahui dari mana asalnya.


Wahai calon suamiku, ...
Apa yang sedang kau lakukan hingga kau menunda untuk bertemu dengan ku? Apakah ada amanah lain yang harus kau tunaikan? Seberat apa amanah itu? Aku ingin mendampingimu. Menemanimu menunaikan amanah itu bersama-sama.


Calon suamiku yang selalu ku nanti,...
Di mana kau sekarang? Apa yang kau lakukan saat ini? Aku selalu memudahkan langkahmu untuk mencapai cita-cita dan asa yang kau inginkan. Allah punya rencana untuk menunda mempertemukan kita sekarang ini karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk mengusung amanah yang jauh lebih berat. Ia ingin kita lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya.


Calon suamiku,..
Siapapun yang Allah berikan untuk mendampingi hidupku, Aku akan selalu menantimu. Aku percaya Allah Yang Terkasih punya rencana yang terbaik untuk menyusun rencana hidupku juga hidupmu.

Calon suamiku,..
Kapan engkau datang? Aku akan tetap setia menantimu.
Dari ku yang merindukanmu


Kiriman say...@plasa.com
Sumber: Eramuslim
Posted by NewMasgunat (Labels: Gudang Hikmah)








kses.”


Menggapai Kebahagian Dengan Istri Shaliha

Salah satu faktor kebahagian seorang lelaki muslim dalam kehidupan di dunia ini adalah dianugerahinya seorang istri yang mampu menjadi penenang baginya sebagai teman bergaul, berbincang-bincang, berdiskusi. Sebaliknyapun ia mampu juga menjadi penenang bagi istrinya, sehingga mengalirkan kasih sayang dan cinta di antara mereka dengan mendambakan surga agar dapat menjadi tempat berkumpul mereka yang kekal abadi. 
Kesholihan suami dan istri dapat menumbuhkan ketentraman jiwa, kebahagian hati serta kelapangan dada, yang semua ini akan membantunya dalam mengemban tugas-tugas yang menyangkut agama dan dunia dengan nyaman, tanpa gangguan batin, disamping akan membantu pula dalam menjalankan kewajiban mendidik anak-anak, yang merupakan penopang dalam perjuangan menegakkan syariat Islam secara baik.
 

Istri yang sholihah akan selalu menaati suaminya sebagaimana yang pernah dituturkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah: “Tidak ada kewajiban yang harus ditunaikan oleh wanita, setelah hak Allah dan Rasul-Nya, yang lebih wajib daripada hak suami,” (Majmu’ Fatawa: XXXII/260). Dan ketika suami memandang kepada dirinya dia menyenangkan mata dan hati, jika suami bersumpah terhadapnya, dia segera mengabulkan sumpah suaminya itu, dan jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan diri dan menjaga harta suaminya. 

Seorang wanita yang telah menemukan suami sholih yang sesuai dengan dambaannya, seyogianya berusaha mendapat keridhoannya dan menjauhi segala yang dapat menyakitinya. Sesungguhnya, apabila dia menyakiti atau melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh suaminya, maka suaminya akan menjadi bosan dan tindakannya itu akan membekas pada jiwa suaminya. Bisa jadi pula, suaminya mendapat kesempatan, lantas meninggalkannya atau menyukai wanita lainnya. Sangatlah mungkin seorang suami menemukan yang tidak ditemukan oleh istrinya. Padahal, telah dimaklumi bahwa bosan terhadap sesuatu yang disukai itu kadang-kadang terjadi, apalagi terhadap sesuatu yang tidak disukai. 

Haruslah para istri untuk bertakwa kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dalam bersikap pada suaminya. Sungguh, dia bisa menjadi Surgamu atau Nerakamu, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'Alahi Wa sallam kepada salah seorng istri sahabatnya: “’Apakah engkau mempunyai suami ?’. Dia menjawab,’Betul, ya Rasululloh’. Rasululloh bertanya,’Bagaimana sikapmu terhadapnya?’. Dia menjawab,’Saya tidak mengurangi ketaatan kepadanya sedikitpun, kecuali dalam hal yang saya tidak mampu’. Rasaulullah bersabda,’Perhatikan bagaimana sikapmu terhadapnya, sungguh dia itu merupakan Surga dan Nerakamu’.” (HR. Tirmidzi) 

Imam Ahmad Rohimalloh berkata tentang istri beliau,’Abasah binti Fadhl Rohimalloh, ibu dari putra beliau, Sholih,”Ummu Sholih tinggal bersamaku selama tiga puluh tahun, aku belum pernah berselisih dengannya walaupun satu perkataan, sampai kemudian dia wafat.” (Tarikh Baghdad) 
Bersungguh-sungguh mengendalikan dan memperbaiki diri menuntut perjuangan yang cukup panjang dan proses yang sangat berat. Akan tetapi, akibatnya adalah sangatlah nikmat, InsyaAllah. Jika seorang istri adalah seorang wanita sholihah, membenahi dirinya agar menjadi sholihah serta mengendalikan dirinya kepada kebaikan, dia akan mendapatkan banyak kebaikan diantaranya yang paling utama adalah pahala dan balasan serta kebahagian dunia dan akhirat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97) 
Courtesy of Mediamuslim.info


 

 

 

Kamis, 21 Juli 2011

Syariat Islam Mengenai Cinta & Menikah Tanpa Cinta

Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala di dalam jiwa manusia, yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya.

Sebagaimana Firman Alloh Subhanallahu Wa Ta’ala, yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21) 

Cinta pada dasarnya adalah bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Cinta mengandung segala makna kasih sayang, keharmonisan, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehiduapan dikala suka dan duka, lapang dan sempit. 

Cinta Adalah Fitrah Yang Suci 
Cinta bukanlah hanya sebuah ketertarikan secara fisik saja. Ketertarikan secara fisik hanyalah permulaan cinta bukan puncaknya. Dan sudah fitrah manusia untuk menyukai keindahan.Tapi disamping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan kepribadian dengan akhlak yang baik. 

Islam adalah agama fitrah karena itulah Islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidaklah mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia. Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu dijaga, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. 

Islam mebersihkan dan mengarahkan perasaan cinta dan mengajarkan bahwa sebelum dilaksanakan akad nikah harus bersih dari persentuhan yang haram. 

Menikah Tanpa Cinta 
Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur'an dan Al Hadist. 

Firman Allah Subhanallohu Wa Ta’ala, yang artinya: "Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya." (QS. Al Baqarah: 232) 

"Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah Shalallahu Alahi Wasallam, lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka, lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alahi Wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud), karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka. 

Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: "Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya" (HR. Imam Ahmad). 

Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam Islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Alloh Subhanallahu Wa Ta’ala. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya. 

Courtesy of Mediamuslim.info